TRANSFUSI DARAH |
Transfusi darah adalah suatu tindakan untuk memasukan darah pada tubuh melalu pembuluh darah vena. Ketika melakukan transfuse darah harus diperhatikan ketika memilih produk darah, jenis darah dan lama darahnya. Pada saat melakukan transfusi darah harus selalu mengamati kondisi pasien. Padahal transfusi darah dilakukan untuk tindakan gawat darurat. Seseorang melakukan tindakan transfusi darah dengan indikasi yaitu adanya perdarahan pascapersalinan dengan adanya syok, kehilangan darah saat operasi, dan anemia berat pada kehamilan dengan kadar hemoglobin <8 g/dl.
Sebenarnya transfusi darah jika digunakan dengan tepat dapat menyelamatkan jiwa seseorang dan memperbaiki kesehatan seseorang. Tetapi, terapi ini juga dapat menimbulkan komplikasi akut juga mempunyai risiko terjadinya transmisi zat-zat infeksius. Umumnya seseorang melakukan transfusi sering tidak diperlukan karena:
Umumnya yang tampaknya membutuhkan transfuse, sering dapat dihindaridengan adanya pengobatan dini.
Transfusi darah lengkap, sel darah merah, atau plasma sering diberikan untuk menyiapkan secara cepat seorang ibu untuk menjalani pembedahanyang direncanakan atau memulihkan kondisi tubuh agar dapat keluar dari rumah sakit lebih cepat.
PENANGANAN TRANSFUSI DARAH |
Risiko Seorang Ibu Hamil Yang Melakukan Transfusi Darah
Ketika memberikan darah atau produk darah untuk seorang ibu, sangatlah penting untuk mempertimbangkan risiko transfusi dibandingkan dengan risiko tidak melakukan transfusi. Beberapa risiko yang dapat membuat seorang ibu hamil mengalami masalah yaitu:
- Adanya reaksi dari transfuse
- Infeksi HIV, hepatitis B, hepatitis C, sifilis dan malaria
- Adanya kontaminasi bakteri lainnya pada tubuh
- Prinsip Dalam Melakukan Transfusi Darah
Transfusi darah adalah salah satu elemen dari penanganan kasus secara keseluruhan. Saat terjadi kehilangan darah dalam jumlah yang banak dan waktu yang singkat akibat adanya perdarahan, pembedahan maupun komplikasi dari melahirkan. Dalam melakukan transfusi sel darah merah dapat menjadi penting karena akan mengembalikan kapasitas pengangkutan O2 oleh darah. Untuk mengurangi kebutuhan transfusi darah dengan cara :
- Penggunaan cairan pengganti untuk resusitasi
- Sebaiknya minimalkan pengambilan darah untuk kepentingan pemeriksaan darah
- Sebaiknya gunakan teknik anastesi dan bedah terbaik untuk meminimalkan kehilangan selama tindakan
- Pembersihan dan re-infus darah yang keluar selama prosedur jika mungkin ada
Saat Melakukan Transfusi Darah Sebaiknya Harus Mewaspadai Prinsip-Prinsip Yang Harus Di Ingat
- Dalam melakukan transfusi darah hanya merupakan satu bagian dalam penatalaksanaan seorang ibu
- Saat melakukan transfusi darah harus diputuskan memberikan transfusi darah dengan di dasarkan pada petunjuk nasional
- Kehilangan darah harus diminimalkan untuk mengurangi kebutuhan ibu akan transfusi
- Seorang ibu yang kehilangan darah akut sebaiknya menerima resusitasi efektif
- Transfusi sebaiknya diberikan hanya jika keuntungannya lebih besar bagi ibu atau pasien dibandingkan dengan kerugiannya
- Seornag yang terlatih sebaiknya memantau ibu yang mendapat transfusi dan segera bereaksi jika ada efek samping yang timbul
0 Response to "Risiko Yang Bisa Terjadi Pada Seorang Yang Melakukan Transfusi Darah Ketika Sedang Hamil"
Post a Comment